"Mustofa" Puisi Karya Gus Mus yang sangat Menyentuh Qolbu
Membumikan Sastra - Siapa yang tak kenal beliau, K.H Ahmad Mustofa Bisri. Alumnus dan penerima beasiswa dari Universitas Al Azhar Cairo (Mesir, 1964-1970) untuk studi islam dan bahasa arab ini, sebelumnya menempuh pendidikan di SR 6 tahun (Rembang, 1950-1956), Pesantren Lirboyo (kediri, 1956-1958), Pesantren Krapyak (Yogyakarta, 1958-1962), Pesantren Taman Pelajar Islam (Rembang, 1962-1964).
(lahir di Rembang, Jawa Tengah, 10 Agustus 1944; umur 72 tahun) adalah pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin, Leteh, Rembang dan menjadi Rais Syuriah PBNU. Ia adalah salah seorang pendeklarasi Partai Kebangkitan Bangsa dan sekaligus perancang logo PKB yang digunakan hingga kini.
Ia juga seorang penyair dan penulis kolom yang sangat dikenal di kalangan sastrawan. Disamping budayawan, dia juga dikenal sebagai penyair.
Ia juga seorang penyair dan penulis kolom yang sangat dikenal di kalangan sastrawan. Disamping budayawan, dia juga dikenal sebagai penyair.
Simak, Resapi dan Fahami isi kandungan puisi Gus Mus yang berjudul:
MUSTOFA
Mustofa,
Jujurlah pada dirimu sendiri
mengapa kau selalu mengatakan
Ramadlan bulan ampunan apakah
hanya menirukan Nabi
atau dosa-dosamu dan harapanmu
yang berlebihanlah yang
menggerakkan lidahmu begitu.
Mustofa,
Ramadlah adalah bulan antara
dirimu dan Tuhanmu. Darimu hanya
untukNya dan Ia sendiri tak ada
yang tahu apa yang akan dianugerahkanNya
kepadamu. Semua yang khusus
untukNya khusus untukmu.
Mustofa,
Ramadlan adalah bulanNya yang
Ia serahkan padamu dan bulanmu
serahkanlah semata-mata
padaNya. Bersucilah untukNya. Bersalatlah
untukNya. Berpuasalah untukNya.
Berjuanglah melawan dirimu sendiri untukNya.
Sucikan kelaminmu. Berpuasalah.
Sucikan tanganmu. Berpuasalah.
Sucikan mulutmu. Berpuasalah.
Sucikan hidungmu. Berpuasalah.
Sucikan wajahmu. Berpuasalah.
Sucikan matamu. Berpuasalah.
Sucikan telingamu. Berpuasalah.
Sucikan rambutmu. Berpuasalah.
Sucikan kepalamu. Berpuasalah.
Sucikan kakimu. Berpuasalah.
Sucikan tubuhmu. Berpuasalah.
Sucikan hatimu.
Sucikan pikiranmu.
Berpuasalah.
Sucikan dirimu.
Mustofa,
Bukan perut yang lapar bukan
tenggorokan yang kering yang
mengingatkan kedlaifan dan
melembutkan rasa.
Perut yang kosong dan
tenggorokan yang kering ternyata hanya penunggu
atau perebut kesempatan yang
tak sabar atau terpaksa.
Barangkali lebih sabar sedikit
dari mata tangan kaki dan kelamin, lebih tahan
sedikit berpuasa tapi hanya kau
yang tahu
hasrat dikekang untuk apa dan
siapa.
Puasakan kelaminmu untuk memuasi Ridla
Puasakan tanganmu untuk menerima Kurnia
Puasakan mulutmu untuk merasai Firman
Puasakan hidungmu untuk menghirup Wangi
Puasakan wajahmu untuk menghadap Keelokan
Puasakan matamu untuk menatap Cahaya
Puasakan telingamu untuk menangkap Merdu
Puasakan rambutmu untuk menyerap Belai
Puasakan kepalamu untuk menekan Sujud
Puasakan kakimu untuk menapak Sirath
Puasakan tubuhmu untuk meresapi Rahmat
Puasakan hatimu untuk menikmati Hakikat
Puasakan pikiranmu untuk menyakini Kebenaran
Puasakan dirimu untuk menghayati Hidup.
Tidak.
Puasakan hasratmu
hanya untukHadliratNya!
Mustofa,
Ramadlan bulan suci katamu, kau
menirukan ucapan Nabi atau kau telah
merasakan sendiri kesuciannya
melalui kesucianmu.
Tapi bukankah kau masih selalu
menunda-nunda menyingkirkan kedengkian
keserakahan ujub riya takabur
dan sampah-sampah lainnya yang mampat dari
comberan hatimu?
Mustofa,
inilah bulan baik saat baik
untuk kerjabakti membersihkan hati.
Mustofa,
Inilah bulan baik saat baik
untuk merobohkan berhala dirimu
yang secara terang-terangan dan
sembunyi-sembunyi
kau puja selama ini.
Atau akan kau lewatkan lagi
kesempatan ini
seperti Ramadlan-ramadlan yang
lalu.
Rembang, Sya’ban 1413
0 Response to ""Mustofa" Puisi Karya Gus Mus yang sangat Menyentuh Qolbu"
Post a Comment